DONGENG Asal Mula Gading GAJAH

Dongeng Asal Mula Gading Gajah - Dahulu kala, di dunia ini masih banyak di tempati oleh para hewan dan masih berupa hutan serta padang rumput. Jumlah populasi manusia kala itu masih sangat jarang, dan hanya berpusat pada beberapa titik seperti kota kerajaan atau desa-desa kecil yang tersebar di beberapa tempat. Hewan-hewan zaman dahulu, memiliki tubuh yang besar dan kuat. Tidak seperti hewan-hewan zaman sekarang. Sehingga para manusia akan sangat berhati-hati ketika bepergian agar tidak mengganggu atau bertemu hewan-hewan yang berbahaya.

Diantara para hewan raksasa itu, ada seekor hewan yang cukup besar dan kuat namun tidak pernah mengganggu sesama. Dia adalah gajah. Tubuhnya tinggi besar, tenaganya kuat, dan kulitnya juga sangat keras. Namun gajah pada zaman dahulu tidak memiliki gading seperti gajah zaman sekarang. Oleh karena itu, tak ada satu hewan pun yang berani untuk memangsanya, bahkan harimau atau singa sekalipun. Mereka enggan jika harus berurusan dengan gajah. Bisa-bisa mereka sendiri yang celaka. Tentu saja karena tak ada yang berani mengganggunya, membuat gajah itu sedikit tinggi hati. Dia selalu bercerita tentang kekuatanya yang bahkan singa dan harimau tak berani melawanya.


Setiap kali dia bertemu hewan lain, dia selalu mengulang cerita yang sama. Dan tingkahnya yang sok jagoan itu lama-lama membuat para hewan yang lain jengkel. "Apa gunanya kau punya kekuatan dan tubuh raksasa jika pada kenyataanya kau tidak jadi apa-apa?".
"Lihat singa dan harimau, mereka di juluki si Raja Hutan karena kemampuan dan kekuatan mereka. Mereka adalah Raja yang di akui berkat kuku dan taring mereka yang tajam".
Sedangkan kamu ini apa? Kau tak lebih dari sekedar hewan yang banyak bicara dan membanggakan tubuh gendut mu itu. Coba miliki dulu cakar atau taring seperti singa atau harimau, baru kamu boleh berkelakar". Kata kijang suatu hari karena jengkel yang memuncak.

Mendengar perkataan kijang, si gajah hanya diam. Dia lalu pergi meninggalkan kijang menuju ke dalam hutan. "Benar juga katae kijang.. agar bisa di akui sederajat dengan singa atau harimau, aku harus bersaing dengan mereka. Paling tidak, aku harus memiliki cakar atau taring yang cukup tajam seperti mereka. Bahkan kalau bisa yang lebih hebat.. hahahaha..". Kata gajah dalam hati. Lalu tiba-tiba saja si gajah ingat pada sebuah legenda. Bahwa jauh di dalam hutan, ada sebuah gua dan di dalamnya ada sumber mata air ajaib. Siapapun yang bisa menemukanya dan meminumnya, semua yang dia inginkan bisa terkabul. Lalu gajahpun dengan semangat bertekat untuk menemukan sumber mata air itu. Tekatnya sudah bulat, bahwa dia harus memiliki cakar atau taring yang dia impikan.

Setengah bulan sudah berlalu, si gajah sudah mencari ke seluruh penjuru hutan. Namun goa yang dia cari belum juga dia temukan. Karena lelah dan haus, si gajah berniat minum di bawah sebuah air terjun yang tak jauh dari tempatnya. Ketika si gajah tengah minum, si gajah menyadari sesuatu. Dia melihat ada sebuah goa di balik air terjun itu. Dengan semangat si gajah masuk, dan akhirnya diamenemukan sumber air ajaib yang dia cari selama ini. "Oh.. ternyata tersembunyi di sini? Pantas saja susah sekali ku temukan". Kata gajah sangat senang. Tanpa menunggu waktu, si gajah langsung meminum air ajaib itu sepuasnya sebanyak yang mampu dia minum. Bukan hanya iti, dia juga mandi dengan air itu. Setelah puas dengan yang dia lakukan, si gajah lalu naik dari kolam mata air ajaib itu.

"Nah.. minum sudah.. mandi juga sudah.. sekarang saatnya menyatakan keinginan ku.. ".
"Wahai air mata ajaib.. tunjukan keajaiban yang kau miliki.. aku ingin memiliki taring.. taring yang cukup besar.. sangat besar.. bahkan taring singa dan harimau tak bisa menandinginya..". Kata gajah menyatakan keinginanya.
Tiba-tiba cahaya keluar dari kolam itu, cukup terang hingga membuat gajah menutup matanya karena silau. Lalu samar-samar, gajah mendengar suara..
"Tuhan yang maha kuasa akan mengabulkan permintaan mu.. Namun ingat, jangan pernah sesali apa yang kau minta hari ini. Dan jangan menyalahkan siapapun atas
apa yang akan menimpa mu di masa datang. Karena setiap masalah yang mungkin timbul.. semua karena sifat angkuh, serakah, dan kurang mensyukuri apa yang kau miliki saat ini..". Kata suara itu lemudian menghilang seiring sinar putih yang lenyap.



Setelah kejadian itu, si gajah membuka matanya. Dia begiti kaget sekaligus gembira, karena kini ada dua taring yang cukup besar tumbuh di mulutnya. Saking besarnya, taring itu mencuat keluar. Sangat besar dan tajam, sehingga membuat si gajah tampak sangat gagah dan menakutkan. Si gajah lalu pulang kembali ke rumahnya. Dia memamerkan taring barunya pada setiap hewan, membuat setiap hewan ynang melihatnya menjadi takjub. Tak terkecualu singa dan gajah, mereka bahkan tak berani menghina atau berkata kasar di depan gajah. Tentu saja hal tersebut membuat gajah puas, dia sangat bangga pada dirinya. Dan dia juga sangat senang karena semua keinginanya sudah terkabul. Hal tersebut berlanjut hingga beberapa tahun, sampai gajah memiliki beberapa anak cucu yang juga mewarisi taring seperti yang dia miliki. Bahkan keluarga gajah dianggap sebagai keluarga terhormat di kalangan para hewan. Namun kebahagiaan gajah tidak berlangsung lama.

Pada suatu hari, ada sekelompok pemburu yang tengah memburu rusa. Namun mereka bertemu dengan seekor gajah, melihat taring (gading) gajah yang sangat cantik dan bagus, timbul niat mereka untuk memiliki gading itu. Tanpa belas kasihan, para pemburu itu akhirnya memburu gajah malang iti, dan mengambil gadingnya. Sedangkan bangkainya mereka biarkan karena daging gajah memang tak bisa di makan karena keras. Setelah di bawa ke kota kerajaan, ternyata sang raja sangat menyukai gading itu. Dan raja membayar gading itu dengan harga yang sangat mahal. Tentu saja hal tersebut membuat para pedagang dan pemburu lain tergoda, mereka juga berniat memburu gajah untuk diambil gadingnya, dan menjualnya dengan harga tinggi. Semenjak hari itu, kehidupan para gajah mulai tidak tenang. Mereka di buru setiap hari. Dan si gajah yang melihat anak cucunya mati setiap hari karena di buru, hanya mampu termenung menyesali keputusanya di masa lalu..
"Andai saja dahulu aku mensyukuri apa yang ku miliki.. andai saja dahulu aku tidak meminta gading ini.. andai saja dahulu aku tidak bertindak bodoh. Padahal suara itu sudah memperingatkan ku.. Namun memang benar yang dia katakan, tak ada yang bisa aku salahkan.. kecuali diri ku sendiri...".


Story by: Muhammad Rifai

Comments